Lirik Lagu Avril Lavigne – When You’re Gone (Album The Best Damn Thing)

Rabu, 31 Oktober 2012


I always needed time on my own
I never thought I’d need you there when I cry
And the days feel like years when I’m alone
And the bed where you lie
is made up on your side
When you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
When you’re gone
The pieces of my heart are missing you
When you’re gone
The face I came to know is missing too
When you’re gone
All the words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
I’ve never felt this way before
Everything that I do
Reminds me of you
And the clothes you left
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do
When you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
When you’re gone
The pieces of my heart are missing you
When you’re gone
The face I came to know is missing too
And when you’re gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
We were made for each other
Out here forever
I know we were
Yeah Yeah
All I ever wanted was for you to know
Everything I do I give my heart and soul
I can hardly breathe, I need to feel you here with me
Yeah
When you’re gone
The pieces of my heart are missing you
When you’re gone
The face I came to know is missing too
When you’re gone
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you 

Lirik Lagu Terjamah Yang Lain - Sheila On 7


Seiring meredupnya lilin
Mencari tahu akhir jalanku
Selepas sinar senja punah
Perlahan sakit hatinya mati

   apa yang kan terjadi
   pastinya kan terjadi
   biar waktu yg menghakimi
   dan aku akan terus bertahan
   mengharapkannya, menantikannya
     my dear, isyah
     apa yang kau dengar
     saat angin menyentuh hatimu
   apa yang kan terjadi
   pastinya kan terjadi
   biar waktu yg menghakimi
   dan aku akan terus bertahan
   mengharapkannya, menantikannya
   walau pedihnya tak tertahankan
   melihatnya terjamah yang lain

Musuh Diri




Tata rapi keadaan diri
Melemah jiwa
Yang tak ramah pada hati
Bergulir hari yang menemani
Berkutat pada musuh sendiri

Airmata bergemuruh
Menjadi wakil jelas
Teriakan yang tak  terdengar
Bagai bisu membungkam

Lemah...
Terbungkus kelelahan
Lumpuh berada di permukaan
Menyeret diri hingga terluka membekas

Lantas..
Apa ku harus berhenti?
Dan kenapa ku memilih bertahan?
Atau mati akan jadi pilihan?
Aku menjadi musuh bagi ku
Saat ini....

"Kini Ista...."

Selasa, 23 Oktober 2012

"Aku capek Ta.. istirahat bentar yah??"
Tepat di hamparan luas rumput hijau. Kurebahkan tubuhku sambil menghela nafas panjang.

"Jangan sok lemah deh.. ayok Rema.. cepetan.. makin cepet makin baik..." rewel bibir tipisnya sambil menarik-narik lenganku hingga ku kembali berdiri dan berjalan malas.

"Mau kemana neng Ista?? Sabar dong.."

"Pokoknya cepet..!"

Sentak aku berhenti dan menarik lengannya mendekatkan tubuhnya pada tubuhku. Kuletakkan jemariku tepat didagunya. Menatap wajah sendu itu yang terlihat begitu berbeda.
"Kamu pucat.. sakit? Ada masalah? Sebenarnya ini mau kemana??"

"BERHENTI BERTANYA..!! Dan cukup dengan ikuti aku segera Rema..!!"

Raut wajahnya seakan menelan ketakutan dan penderitaan. Kuputuskan untuk mempercepat langkah dan memilih diam.

Di sebuah pemakaman, Ista tersenyum. Dan melepas genggamanku. Menjauh dan menghampiri sebuah nisan.
"Kemari dan lihatlah Rema.."
Dengan kebingungan ku mendekat dan menyimak seksama nama disebuah nisan itu.

ISTA RAMADIANTI
LAHIR : 11 November 1990
WAFAT : 20 Oktober 2012

Aku terlemas, apa ini? Sakit segera menjlar ditubuhku. ISTA? lantas yang ada dihadapanku? Lalu kembali ku menatap wajahnya..

"Sering-sering main kerumah baruku yah ?? Aku menunggumu sejak dua hari lalu"

>>Harian Kompas, 20 oktober 2012

Sebuah kecelakaan menewaskan seorang wanita bersepeda motor yang ditabrak supir truk mabuk di persimpang jalan menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.

Mungkin Besok Aku Mati

Minggu, 21 Oktober 2012

Begitu naik ke tempat tidur..
Q selalu merasakan perasaan
mencekam yg sama..
Begitu menakutkan hingga tidur menjadi musuhku..
Sering kali tubuhku lemas, panas dan terasa sakit..

Ketika mulai tertidur..
Seakan ada yang menguasaiku..
Kata mencekam menggerogotiku..Mungkin saja ini saatnya aku akan
mati..
Begitu yg aku rasakan..

Namun aku tidak mati..
Setiap hari aku terbaring..
berdebar-debar menunggu malaikat
pencabut nyawa..
Tapi akhirnya dia tidak datang
juga..

Suatu hari ketika aku terbangun..
Cuaca di luar begitu cerah..
Bahkan seakan bersahabat..
Aku ternyata masih hidup..
Makanpun terasa lezat ..
Sejak saat itu aku berusaha untuk
tak memikirkan itu lg.. :)

TAMAT

kerakat tirakat yang tak terikat..
semua bercampur dalam pekat..
yang tak pernah berhakikat..
seandainya..
yah seandainya...
kiamat diri mendekat secara
hikmat..
tanpa tau arti terketat..
hingga penantian mengikat..
tersekat dalam nikmat tamat..

@ArLia_Rizky

Maafkan Aku Mama

"Jihan?? Kamu dimana? Cepat ke
Rumah sakit Charitas sekarang,
Mama sedang sekarat.."
Tiba-tiba sebuah pesan
menghampiri handphone ku saat
aku masih asik berkutat dengan
tugas-tugasku di kampus. Setelah
membaca pesan itu. Ku tancapkan
kendaraan roda dua yang telah
bersahabat dengan ku sejak aku
masih berseragam putih abu-abu.
Sesampainya disana, aku melihat
sosok yang tak asing bagiku dan
menghampirinya dengan
kecemasan. “Deni.. Gimana
mama?? Ayah
mana??” tanya ku cemas pada adik
bungsuku.
“Mama masih di dalam, Ayah
masih dijalan menuju kesini”
Jelas Deni. Beberapa menit
kemudian, seorang
lelaki berkacamata dengan seragam
putih keprofesian miliknya,
menghampiri kami dengan gurat
wajah yang tidak kami sukai. Ia
mendekat dan menghelakan nafas
berat.
“Maaf kalian keluarga dari bu
Ratih?” Tanya Dokter dengan
seksama.
“iya Dok” Ceplos ku.
“Mana ayah kalian?”
“Masih di rumah dan menuju
kesini Dok, Bagaimana kabar
mama kami?” Hal ini yang terus
menganjal di hatiku.
“Beliau masih sekarat dan belum
sadarkan diri. Sepertinya Beliau
mengalami keracunan yang telah
berhasil menjalar ke dalam
pembuluh darahnya, kami akan
berusaha semampu kami, teruslah
berdoa”
“Tolong selamatkan Mama kami
Dok, Kami mohon!!” Gurat
kesedihan sangat jelas dimata
Deni. Dengan airmata, Deni
terduduk lemas dilantai seraya
berharap penuh pada keajaiban
dan Tuhan.
***
Tak lama kemudian Dokter
kembali menghampiri kami.
“Dok bagaimana??”
“Maafkan kami, semua telah kami
coba lakukan, namun Tuhan
berkehendak lain..”
Kata-kata ini membuat tubuh kami
melemas dan sangat mengerti arti
ucapan sang Dokter. Ayah segera
datang dan begitu histeris melihat
Mama telah terbujur tanpa Ruh
dan memejamkan mata selamanya.
***
Aku bergegas kembali kerumah
untuk mempersiapkan semuanya,
pemakaman Mama. Namun
sebelumnya, Ku masuki
setiap sudut rumahku. Mengenang
semua hal yang pernah terjadi di
sini. Hingga tepat di sebuah ruang
keluarga,
kudapati sebuah foto wanita yang
baru saja meninggalkan kami.
Airmata ku mengalir deras dan
rasanya ingin ku teriak
membebaskan sakit dalam dada
ku. Bergemuruh penyesalan dan
menghujamku. Menderita dalam
kepalsuan walau lega juga menjadi
teman. Dalam sadar dan di hati ku
berkata..
“Seandainya Mama tak pernah
datang dan menggantikan Bunda,
Seandainya Bunda tak terluka dan
memutuskan mengakhiri hidupnya
yang menderita sejak kedatangan
Mama disisi Ayah, Aku tak akan
pernah membuat Mama menemani
Bunda di surga,, Maafkan aku
Mama... Maaf...”

***END***

Bukan KITA

Jumat, 12 Oktober 2012

Lamunan ini tak kosong
Secoret nama melekat seketika
KAGUM menjadi awal
Kini ia menjalar menjadi

Aku melumpuh pada bayang
yang tak mampun digenggam
Kiasan perasaan
Memaknai jelas namun tak tersingkap

Aku tahu
Mengerti aku
Kamu ada
Bukan KITA
Mematung aku
Dalam Bimbang berarti
Memuji tanpa tertolehi
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS