Aku mengatup
Di kala sampah meneriakiku kotor
Aku menghilang
Di kala airmata memakiku cengeng
Aku berharap terlihat tegas berdiri di atas pecahan kaca,
walau sebagian menancap langsung ke sanubari
Aku ingin semua melotot dengan senyum tulus,
walau sebelah mata mereka menatap peluru berdarah tepat di jantungku.
Aku berusaha menggenggam hatiku sendiri.
Tak membawanya lagi terombang-ambing dalam tetololan diri.
Aku memapah senyumku, agar tak bersahabat pada kebohongan.
Aku menjadi aku. Karena aku melalui semua yang harus kulalui.
Aku memilih aku. Atas semua keegoisanku pada diriku sendiri.
Aku yang lengah terhadap waktu
Sehingga aku menjadi bukan aku.
Kini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar