Surat Untuk Dino

Jumat, 30 November 2012

Proses. Yah benar sekali. Proseslah yang membawaku kepadamu (lagi). Banyak hal yang belum kukatakan padamu. Tentang aku, hidupku dan hatiku. Aku bersyukur, kini waktu sedikit berpihak padaku. Dan membuatku sedikit memikirkan tentang roda kita. Tentang kisah yang begitu samar antara kita. Saat ini, aku menatap matamu penuh ketulusan. Dan berharap kau melihatku Dino. Lihat aku sebagai istrimu yang kau cintai.
Sedikit tentang celoteh kita seminggu lalu :
"Udah mau tidur belom No?" Tanyaku saat menatap wajah suamiku yang begitu terlihat lelah berkerja.
"Belom. Tidur sana duluan." Jawabmu cetus.
"Kenapa? Kamu kelihatan sangat lelah No. Mau ku pijat?" Tawarku sambil menyentuh pundak lelaki yang kucintai 10tahun ini dan menjadi milikku 3tahun ini.
"Aku bilang tidur, ya tidur sana. Ngapain sih sok repot!" Kini dengan nada tinggi dan menatap tajam pada mataku dengan mata seakan penuh benci.
"Baiklah."

Hanya secuil bukti nyata hubungan pernikahan kita.
Aku mengerti hatimu. Aku tahu, apa arti hadirku dalam hidupmu. Seakan benalu yang ingin kau buang segera. Seakan sampah yang sangat bau dan jelas tak berguna. Kau tak menginginkan hadirku yang tak kau harap. Setelah kau menemukan dia. Dan lebih memilih dia dibandingkan hubungan kita, yang dibina dengan banyak menguras hati, waktu, kesempatan, harapan, doa dan ketulusan. Bukan waktu singkat untuk menyerahkan seumur hidupku padamu. Namun ketika semua kupahami lebih jelas. Justru aku hanya akan mendapati, aku yang semakin terjerat dan tak bisa melepasmu. Walau dengan keegoisan hatiku.

Aku bagai seorang permaisuri yang tak dibutuhkan raja-nya. Maafkan aku. Maafkan aku Dino. Karena aku tak berhasil menarik hatimu (lagi) padaku. Dan maafkan aku yang masih berusaha bertahan. Untuk belajar menjadi istri yang baik bagimu. Walau yang kudapati tetap seperti ini.
Aku masih tersisa di bumi ini. Karena cintaku padamu. Setelah semua yang kumiliki di dunia ini terenggut dan musnah dalam detik. Saat kebakaran itu memusnahkan semuanya. Semua kenangan tentang keluarga yang membuangku saat kecil. Semua cinta dari Mbok Cici yang merawatku sejak kecil. Dan semua impian yang terkubur abu pada rumah itu.
Bertemu denganmu. Semangat baru dalam hidupku. Hingga aku mendapati cintamu (dulu). Jika aku pergi dari sisimu. Itu sesungguhnya bukan inginku. Namun keharusan bagiku. Untuk membahagiakanmu. Setelah 3tahun bersama. Kau tak pernah menatapku dengan cinta. Dan kini, aku mengizinkanmu mengejar cintamu. Jihan, sahabatku sejak kecil. Yang menjadi permaisuri-mu sejak 4tahun terakhir.
Aku tahu ini No. Aku tahu apa yang ada di hatimu. Walau kau tak mengeluh-eluhkan namanya di hadapanku. Aku tak pernah melihat pandangan cinta dari matamu padaku. Namun aku melihat itu. Ketika kau menatap Jihan. Raihlah Dia. Kejarlah kebahagiaanmu. Aku akan segera mengurus perpisahan kita. Jangan cemaskan aku. Aku sudah cukup tau dengan semua pilihanku. Aku bahagia. Sangat bahagia. Karena aku, telah berhasil memiliki jasadmu dalam 3tahun ini. Walau tanpa hatimu. Aku mencintaimu Dino. Dengan hidup dan MATIku. Aku mencintaimu hingga AKHIR hayatku. Maafkan aku. Semoga kau selalu bahagia.

"Maafkan aku Intan. Maafkan aku." Tangis Dino menatap seonggok tanah merah yang belum mengering setelah beberapa menit lalu mengubur telak jasad yang begitu tulus padanya 10tahun  ini.
"Maafkan aku Intan. Maafkan aku Dino."
"Seandainya aku mengerti arti rasa sakit yang ia rasakan saat mengetahui hadirmu dalam hatiku. Seandainya aku tak merasa bahagia saat dia menyerah dan mengizinkan kita bersama. Ia tidak akan mengakhiri hidupnya dengan membakar diri tepat di rumah yang sama dengan semua hidupnya yang telah menjadi abu. Aku mencintainya! Aku mencintainya!"
"Aku tahu No. Bersabarlah. Intan hanya ingin melihatmu bahagia. Karena ia begitu mencintaimu. Maafkan kami Intan. Kami mencintaimu."

Jihan memeluk erat Dino. Dan terus menangis. Menyesali keegoisan yang berhasil membunuh sahabatnya yang berpuluh tahun begitu mempercayainya.

Cinta dengan caraku

Kamis, 29 November 2012

Di pagi ini, di hari yang ditemani hujan sejak matahari masih enggan menampakkan dirinya. Aku masih terus memikirkan tentang hal yang kudapati kemarin. Sebuah pengakuan hati dan kejujuran diri. Bukan sebuah ikrar yang terkhianati. Atau bahkan hati yang tak bersahabat lagi.
"Aku seharusnya tau. Bahwa aku memang mencintaimu Intan. Bukan sekedar berharap menjadi pendengar setiamu. Menemani keterbatasan harimu. Atau penyemangat kala lelahmu. Aku ingin hal lebih dari itu. Ingin cinta bukan cinta yang terbatasi. Ingin hati yang tak terhakimi. Dan diri yang dengan tulus menemani. Tanpa meresahkan waktu akan mengakhiri. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Menjalani hari yang terus memburu kisah kita. Menjadikannya satu. Dan mengukuhkannya dengan teguh suatu hari nanti. Ku harap kau mengerti Intan."

Bolehkah aku terus merekam kata itu dalam memori dan benakku? Hingga nanti, jika ku memang Dia miliki. Dia tak akan menyiakanku. Seperti ku yang slalu tersia-kan oleh masa lalu. Aku yang tergopoh-gopoh melalui waktu. Sendiri merajut semua (lagi) setelah aku merapikannya dengan indah (dulu). Aku hanya tak ingin merasakan sakit yang sama. Walau dengan orang yang berbeda. Suatu saat Kau akan pahami itu Bimo.
Aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku mencintaimu dengan hati yang tak terbaca olehmu. Aku mencintaimu dengan segala hal yang aku miliki. Aku mencintaimu dengan waktu yang slalu kutempuh dengan mengingatmu. Aku mencintaimu dengan caraku. Meski Kau tak tau ini. Kini.

November-nya CiDo

"Kamu ngapain sih ci?"
Tanyaku dengan penuh penasaran. Setelah terus memperhatikan gerak-gerik aneh dan senyum nek lampir khasnya Cici.
"Mau tau aja sih!" Sambil mengedipkan matanya sebelah kanan. Persis kayak tingkah Bimo yang suka ngegodain Febri kalo lagi di acara gathring NBC Unsri.
"Kesambet jin-nya Jaja yah? Hush! Hush! Cepet sadar dong! Jin-nya Jaja kan sukses bikin Dia kesemsem. Dan lebih memutuskan menjadi jomblo ngenes. Serem tau!"
Ucapku sambil menarik-narik hidungnya Cici yang super duper mini.
"Gile loh! Hidung udah mau kadaluarsa. Masih aja di buat mainan." Sewot Cici sambil mengelus HiMi-nya (hidung mini).
"Aku jadian loh! Kasih selamet dong!" Sambung Cici.
"Hah? Cius? Cumpah? Benelan? Ah, jangan-jangan cuma alibi aja nih. Gara-gara tau Rido yang udah jomblo lumutan aja dapet pacar sekarang? Atau beneran patah hati karna dia lebih milih Fenny anak kelas Bahasa? Cie!"
"Enak aje huhu. Nggak kok. Beneran jadian ini. Setelah sekian lama. Setelah bermacam-macam rintangan hati. Setelah beribu pria ku tolak. Aku melabuhkan hatiku padanya. Si Master. Pangeran hatiku dari negeri Perahu Kertas. Hehe."
"Jijay bajay! Gak usah pakek lebay deh! Jadi Adrian? Ah kalo ini mah udah bisa di tebak."
"Lalala. Ini November terindah. So sweet banget deh bulan ini buatku." Kini tingkahnya sambil menjadi. Persis kayak ondel-ondel yang kurang makan dan nari balet.
"Ah payah! Kok pada jadian sih? Gak adil dong!"
"Suka-suka. Makanya jadian sana sama Mister-mu!"
"Mister siapa? Gak ada juga. Udah ah. Males. Tau gini gak akan kutolak yang kemaren-kemaren."
"Haha. Kemaren yang mana? Tahun kemaren maksudnya? Itu baru asli kadaluarsa buk!"
Setelah ucapan Cici ini. Aku terdiam membisu. Membayangkan segala hal yang terjadi. Dan mungkin akan datang nanti (drama dikit).
Mau tetap jomblo, atau akan dapet seseorang nanti. Semoga kita selalu bahagia aja.  Ini doa tulusku buat kita loh. Happy November buat Cici dan Rido. Beserta kami yang masih setia komitmen sendiri (alibi).

Hanya aku

Rabu, 28 November 2012

Aku masih ada
Berharap keadaan bersahabat
Menanti kini terasa pekat
Dan mengetat pada tirakat

Aku bertanya tentang arti penantian
Namun kenyataan membawaku pada perubahan
Keadaan zaman yang tak perduli kesetiaan
Perlahan hati di peluk erat keegoisan
Waktu membawa nikmat sesaat dan akhirnya kembali menyekat pikiran
Rindu seakan menghilang
Bersama detik yang terus meninggalkan
Matahari yang tetap setia berganti dengan bulan
Bintang yang kukuh menggenggam bulan
Semua sama
Hanya aku yang terlantar
Pada perubahan pengekuh mata
Hingga terpejam dan menyerah

Aku Ingin Pulang

Minggu, 18 November 2012

Sering kali aku berpikir di kala pagi. Mengapa Tuhan masih berbaik hati memberiku nafas, jantung yang berdetak, mata yang masih melihat dan waktu yang masih tepekat sikap yang kekanak-kanakan. Apa karena masih banyak hal yang harus kukerjakan? Namun sayangnya masih saja aku belum bergegas memanfaatkan waktu ini.
Sering kali aku berpikir. Mengapa Tuhan masih saja bisa memberikan matahari pada siangku yang ceroboh. Menghabiskan waktu percuma dengan kesantaian yang sia-sia. Dengan sikap semena-mena dan keegoisan pada diri sendiri.
Sering kali ku menatap bulan dan bintang. Menyadari Tuhan masih berbaik hati memberiku malam. Dan melihatku memejamkan mata lagi untuk beristirahat. Di kala ku menatap tangis mata ini. Ketakutan hati. Sadar akan waktu semakin memakan umurku. Sadar akan kesempatan yang semakin terkubur. Karena waktu yang memburuku.
Tuhan masih berkasih dengan memanjakanku pada dunia fana ini. Dunia yang kejam pada dirinya sendiri. Menatap wajah-wajah sendu para fakir miskin. Melihat dunia yang saling menyakiti saudara sendiri. Atau peperangan yang hanya memenangkan ke-syaitan-an tak berarti.
Tuhan, seandainya engkau tau. Aku ingin pulang. Ingin pulang ke rumah indah-Mu yang Engkau janjikan. Walau aku harus meraihnya dalam ketersiksaan neraka guna mensucikanku yang berdosa ini. Tuhan seandainya Engkau tau. Dunia hanya akan membuatku kembali terhanyut dalam keseharian yang semakin menjauh dari-Mu. Karena ketidakmampuanku menjaga hati dan diriku sendiri. Tuhan, pulangkan aku pada-Mu. Karena jika saat itu tiba. Ku tak akan pernah lagi mengharapkan atau sangat berharap pada hal-hal lain. Kecuali pada-Mu. Wahai Maha Mencintai.

Lentera Ini

Sabtu, 17 November 2012

Sebelumnya..
Aku terus menerka dalam gelap
Pekat terasa hingga tirakat
Aku menyadari arti sepi
Terpejam dari langkah pasti

Setelahnya..
Aku mencoba menata hati
Menemukan kembali
Lentera isi hati
Tentang cinta yang tak mati

Kini..
Aku memahami
Seberapa terang hidup ini
Genggaman keras di hati
Membawa indah
Lentera cinta abadi..
Hanya pada Ilahi..

Curhat dulu

"Long Weekend"
Yaahhh...
Ini long weekend. Tapi kenapa terasa begitu membosankan?
Masih banyak hal-hal yang harus dilakukan saat liburan seperti ini. Mempelajari kembali pelajaran-pelajaran yang terlewat oleh fitur pemberian Tuhan dalam menggenggam semua materi kuliah. Menyelesaikan beberapa deadline yang seharusnya sudah menjadi tumpukan naskah. Atau menyelesaikan membaca buku-buku yang telah di beli dengan uang hidup sebulan ini. Yang sukses membuatku berpuasa lebih banyak dibandingkan puasa senin-kamis.

Huh! Tapi sayangnya, sejak hari kamis lalu. Hanya sangat sebagian kecil yang kulakukan. Karena tubuh ini sedikit meronta meminta waktu untuk mengistirahatkannya. Hemmm.

Waktu yang tersisa 2hari lagi. Selasa udah mulai kuliah dan kembali menghadapi MID. Semoga tubuh ini bisa kembali bersahabat. Semoga.

#note :
Maafkan aku yah. Yang begitu tak mengerti kamu. Selalu egois dan melakukan apapun sesuka hatiku. Selalu memberi celah pada keinginan dan nafsu dalam mengejar sesuatu. Memanfaatkan semua waktu hanya untuk ambisiku. Terimakasih karena sudah bertahan sejauh ini. Dan sedikit merubah polamu yang sempat membuatku bosan dahulu. Kini kau lebih mengerti aku. Lebih memberiku semangat berarti karena rasa bersahabatmu. Tubuhku. Semangat!
^^

Hidup itu pilihan (x)

Selasa, 13 November 2012

"Kamu pernah dengar istilah *hidup itu pilihan*?"
"Sering banget. Dan menurut ku itu emang tepat."
"Kalo menurut ku belum tepat. Hidup itu bukan pilihan. Tapi hidup adalah keharusan. Dan mati sebagai batasnya."
"Kenapa begitu? Bukankah dalam hidup semuanya pilihan. Bukankah kita hidup juga karena pilihan orang tua kita?"
"Bena. Tapi sesungguhnya yang pilihan itu bukan hidup. Tapi prosesnya. Hidup bukan sekedar memilih. Namun menjalani dan menikmati. Setiap pilihan yang ada dihadapan setiap manusia. Adalah sebuah hal yang akan menentukan keterusan hidup mereka. Namun bukanlah hidup mereka. Pilihan hanya sekedar perantara atau bisa disebut jembatan dalam melangsungkan hidup. Orang memilih kaya atau miskin. Bukan karena hanya memilih. Namun menjalani agar bisa menjadi kaya. Atau pasrah dan menyerah dalam keadaan miskin. Atau sebaliknya orang kaya tetap menjaga dengan baik dan terus berkembang positif dengan kekayaannya. Atau malah berfoya-foya demi kesenangan hidup semata sehingga keterpurukan akan menemaninya. Jadi menurutku, hidup bukan pilihan. Tapi proses menjalani pilihan itu."
Setelah panjang lebar kami membahas tentang kehidupan. Aku mendapati sebuah hal di pelupuk mata ku. Sedikit hujan menetes begitu saja. Saat membayangkan sosok ibu yang terlanjur memilih menggantungkan hidupnya di atas sebuah tali setahun silam. Karena merasa menyerah dengan perlakuan ayah yang sama saja dengan membunuhnya secara perlahan.
"Itu bukan pilihanmu bu, tapi karena proses yang ibu alami. Dan proses itu menjadikan mati sebagai pilihan terbaik. Dan sayangnya ibu juga menjalani pilihan itu sebagai proses mati ibu. Semoga ibu menyesal disana."

Ganjil yang mengganjal

"Hei.. ngapain? Pulang yuk."
"Entar aku masih mau nunggu si Ehem." Sambil tersenyum sumringah ku berdiri tepat di belakang gerbang sambil menatap teliti setiap wajah yang melewati gerbang sekolah.
"Males ah, jangan nggak gila yah gara-gara tuh cowok. Nggak waras beneran kamu Juni."

Yuliani segera meninggalkan ku dengan penantian terindahku. Yuli emang yang paling cerewet menghadapi tingkah dan kebiasaan ku kalo lagi jatuh cinta. Udah kayak orang kesurupan plus ngeganja katanya (kepuyengan tuh).

Selang 5menit, sosok yang ku tunggu-tunggu hadir dengan segala kekhasan dan ke-cool-annya. Wow banget deh (kali ini pakek koprol itu wajib). Aku tatap dalam wajah dan matanya. Indah. Dan sempurna. Entah setan apa yang ngebuat ku jadi jatuh cinta sama nih cowok. Dan gila nya, aku udah nggak tahan nahan perasaan ini. Perasaan ini persis banget ma 'kentut'. Dikeluarin yah malu. Ditahan rasanya gak enak banget. Ngeganjal hati. Kalo gini terus bisa kena kanker hati (apa urusannya yah?)
Dan akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ngobrol. Sekaligus memanfaatkan waktu buat nembak dia. Hari gini nunggu cowok duluan. Udah gak zaman dong. Emansipasi wanita (salah kaprah).
Walaupun masih terdapat segenap keraguan dalam hati. Keganjalan lebih tepatnya. Entah perasaan apa ini. Seperti ada yang aneh dan menyuruhku untuk lebih bersabar dan mengenalnya lebih dalam lebih dalam dari biasanya (udah kayak Romi Rafael aja nih). Namun sayangnya, perasaan menggebu-gebu ini mampu menjadi magnet yang membuatku bertekuk lutut.
"Boleh bicara sebentar?"
Yah ini kata pertama yang aku lontarkan sambil menatap wajahnya dekat.
"Iya. Ada apa Jun?"
"Ngobrol berdua yah?"
"Oh, ok. Kita kesana yah?"
Ia menunjuk ke sebuah bangku tepat di belakang pos satpam sekolah. Tempat yang cukup tepat untuk sekedar ngobrol. Tapi sangat tidak tepat buat acara penembakan seorang gadis cantik ini (abaikan).
"Kamu udah punya pacar?"
Kalimat pertama yang ku lontarkan guna melanjutkan misi ku. Dan tentunya setelah percakapan lain yang sedikit menjadi alasanku mengobrol.
"Punya. Tapi enggak disini. Diam-diam aja yah? Ini rahasia?"
Sentak aku terdiam membisu melemah melelah melesu melunglai (pokoknya apa aja yang penting aku patah hati sambil nangis dalam hati).
"Kenapa rahasia? Cewekmu anak mana? Cantik yah?"
"Tapi beneran gak akan cerita ke teman-teman kan? Aku sebenernya udah 3bulan backstreet."
"Hah? Yang bener? Sama siapa?"
"Janji loh rahasia? Janji gak akan teriak-teriak? Janji yah? Aku percaya kamu Jun."
"Iya."
Nih kata sebenernya mending nggak aku ucap deh.

"Aku 3bulan ini pacaran sama Rido. Dia cool banget Jun. Bikin kesemsem. Baik banget, plus perhatiannya itu loh. Aku aja kaget pas dia nembak. Ya ampun udah kayak mimpi chyyinn."

DDUUAARRR...!!!!!!
APA??? (sinetron dikit boleh dong). ini jelas harus bikin aku stress. Dan sekarang aku beneran mau nangis tau gak? Bahkan beneran bakal gila kayak yang Yuli bilang.

"Rido ketua kelas kita? Yang pemalu dan pinter banget nulis? Yang suka malu-malu kalo digodain sama Cici? Yang sahabatan ma Febri dan Bimo? Beneran?"
"Iya. Hehee rahasia loh Jun. Satu hal lagi. Sebenarnya Febri sama Bimo juga kok. Mereka malah udah 5bulan. hehee jadi  malu aku sama kamu Jun."
"Febri sama Bimo juga? 5bulan? Wow!. Iya-iya kok Ganjil. Semoga langgeng yah?"
"Makasih ya Juni. aku nggak nyangka kamu bisa jadi teman curhat mendadak gini."
Teman curhat pale lu. Aku stress tau? Pantesan ada yang ngeganjal di hati ini. Ternyata si Ganjil yang ngeganjal. Untung belom sempet nembak. Pulang ini harus cepat-cepat keramas pakek tanah tujuh kali plus mandi kembang tujuh rupa. Dan sejak hari ini. Aku putuskan untuk menghilangkan konsep emansipasi dalam tindakan pengakuan perasaan pada cowok. Titik.

Menunggu Sakit

Senin, 12 November 2012

"Masih disini Ci? Kenapa belom pulang?"
"Masih nunggu kamu Eza."
"Kenapa?"
Seketika wajah wanita yang selalu terlihat ceria dan senyum tulus itu menjadi serius seakan menyimpan beban berat. Sosoknya selalu menjadi penyemangat dan motivator kebanggaan ku. Wanita yang sangat aku andalkan. Sekaligus kekasih terbaik sepanjang hidupku. Segurat tanya besar mendarat di pusat pikiran ku. Tentang sebuah tatapan risaunya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu?"
Uci malah memilih berdiri dan berjalan dengan menarik pelan lengan ku. Lalu berhenti pada sebuah bangku, tepat di taman belakang kantor kerja ku. Dan sesungguhnya tempat inilah yang menjadi tempat sakral kami. Dimana pertemuan pertama, menghabiskan waktu bersama, memutuskan bersama dan hingga saat ini tetap menjadi tempat teristimewa. Ia duduk dan menatap dalam mataku.
"Kamu mencintai ku Za?"
"Apa kamu meragukan aku?"
"Tolong katakan Za."
"Iya. Lebih. Sangat. Dan selalu."
"Maafkan aku Za."
"Atas dasar?"
"Hingga kamu mencintaiku."
"Bahkan tidak terlintas di benak dan pikiranku Ci. Ada apa sebenarnya?"
"Jika suatu hari nanti. Aku tak berada di sisi mu lagi seperti saat kemarin atau saat ini. Atau mungkin aku akan berbeda menjadi orang yang tak kamu kenali lagi. Maafkan aku Za."
"Apa maksudnya Ci? Jangan membuat ku sakit mendengar ini !"
"Aku mencintai mu Za. Dalam setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun-tahun ku. Aku mencintai mu dalam tidur dan sadar ku. Aku mencintai mu dengan ketidaksempurnaan ku dan keistimewaan mu. Dan selalu Za."
Seketika Ia berlari dan menuju mobilnya. Menghilang begitu saja. Sedangkan aku masih setia terduduk kaku di bangku ini. Kembali memikirkan setiap kata yang terucap dari bibir orang yang begitu berharga dalam hidup ku.
Seolah misteri besar hadir dalam hidup ku. Berbagai pertanyaan melesat cepat dalam pikir ku. Menumpuk dan tak dapat ku jawab satu pun. Semua nya bahkan membuat ku tak dapat lagi berpikir jernih. Segera ku ambil handphone ku dalam saku. Untuk menghubungi Uci yang mungkin masih dalam perjalanan, setelah meninggalkanku mematung di taman ini.
Namun, belum sempat ku menghubungi. Sebuah pesan email yang belum terbaca dari Uci beberapa detik lalu langsung terpampang jelas.
***dear my love
Aku tahu bagaimana cara mu menatap ku tadi. Aku tahu sebesar apa cinta mu. Aku tahu kecemasan apa yang mendera mu saat ini. Aku tahu, aku telah menimbulkan berjuta pertanyaan dalam benak mu.
Maafkan aku sayang. Sesungguhnya itu berada di luar keinginan ku.
Semua perlahan datang dan terus menggerogoti hidup ku. Semua perlahan merasuki jiwa ku dan membuat ku rapuh. Semua menerpa hati ku dan membuat ku tersedu terbisu.
Sebuah rahasia yang ku pendam dan membuat ku sakit terus menutupi ini dari mu. Sebuah hal yang ku yakini dapat membuat mu terluka. Maafkan aku sayang.
Sesungguhnya hal ini telah menjadi sahabat ku sejak setahun silam. Dan tak dapat lagi ku pungkiri. Akan membuat ku menghilang dari hidup mu.
Aku menderita Kanker endometrium.  Kata dokter Kanker endometrium merupakan
jaringan atau selaput lender
rahim yang tumbuh di luar
rahim. Padahal, seharusnya
jaringan endometrium melapisi
dinding rahim.
Sesungguhnya aku juga kurang mengerti penyakit apa ini. Bagaimana bentuknya. Dan mengapa ia menempel di tubuh ku. Yang aku tau, hal ini aku dapati tepat setahun lalu di aniversary 5 tahun kita. Maafkan aku yang mencoba menahan ini semua sayang. Dan sekarang, kamu membaca pesan  ini karena aku masih belum sanggup mengatakan semua nya dihadapanmu. Maafkan aku Za.
Beberapa minggu lalu. Aku sudah sepakat untuk mendonorkan mata dan jantung ku kepada 2 orang anak kecil yang membutuhkan di daerah bekasi. Beruntungnha aku bertemu mereka. Di saat aku ke jakarta 3bulan lalu.
Setelah operasi terakhir ini, dan kembali melihat perkembangan tubuhku. Aku akan kembali bersama mu Za. Baik dalam hidup atau mati, dalam keadaan yang sama atau berbeda.
Yang aku harap. Tunggu aku Za. Maksimal, hingga aku memberi kabar kepada mu. Terus doa kan aku. Walau aku telah membuat mu begitu sakit dan menderita saat ini atas semua kebohongan ku. Jangan pernah menyesal Za. Penyesalan dalam bentuk apapun. Aku mohon. Dengan segenap hati ku. Ku mohon jangan tinggalkan aku hingga aku menyatakan MENYERAH. Temani aku dalam setiap doa dan nafas mu Za. Karena aku mencintaimu dan sesungguhnya ingin selalu bersama mu.

Piiss bro :)
Maafkan aku ya Eza sayang.
Semoga Tuhan mendengar setiap doa dan usaha kita.
Amin..

Dan sekarang, apa yang akan ku lakukan? Apa ku harus menangis? Berteriak? Menyesal?
Tidak.
Walau terdapat luka yang sangat dalam hati ku. Aku akan menunggumu Ci. Aku sangat mempercayaimu. Aku yakin kali ini waktu tak akan kembali membuat mu menutupi semua dari ku. Aku akan ada disampingmu saat kamu melewati hal apapun dalam hidupmu. Aku selalu ada dalam hatimu. Dan kamu slalu ada dalam doa-doa ku. Aku menunggumu bagaimanapun keadaanmu. Aku menunggumu kapanpun kau siap hadir lagi dalam hidupku. Ini janjiku.

Selamat Ulang Tahun Emak

Senin, 05 November 2012

"Selamat Ulang Tahun.. selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun Emak. Selamat ulang tahun.."

"Ini kado dari Lia ya Mak."

"Wah cantik Nak. Ini sangat mewah. Ini beneran buat Emak? Makasih Nak."

"Iya Mak. Emak orang terpenting dalam hidup Lia."

"Ini ulang tahun terspesial buat emak Lia. Seumur hidup emak. Emak belum pernah memiliki 1 perhiasan pun. Apalagi seindah ini. Luar biasa."

"Ini hasil kerja keras Lia, maaf ya Lia akan berhutang waktu dengan Emak."

"Maksud Lia? Tidak nak. Kamu jauh lebih berharga. Kamu telah memberikan waktu mu hanya untuk emak sejak kamu kecil."

Sebuah perhiasan dengan susunan berlian dan sebuah batu sapphire. Memang sangat indah dan berharga. Pantas untuk orang paling berharga dalam hidup ku. Apapun akan ku lakukan hanya untuk Emak.

Keesokan harinya, raut wajah emak terus bahagia. Menebar senyum dan terus menyentuh perhiasan satu-satunya yang ia punya.

"Maafkan aku mak" kata ku pelan dalam hati.

"Mak Lia berangkat kerja dulu yah. Kalung nya mau emak ajak jalan-jalan kemana?"

"Tidak Lia kalung ini mau emak kenakan kalau di rumah saja. Emak takut nanti di lihat orang terus dicuri. Jadi kalo emak keluar pasti emak simpan."

Ya sudah. Jaga diri emak baik-baik yah. Dan... maafin Lia ya mak kalau akhirnya Lia kembali berhutang waktu kepada emak. Maafkan Lia yang membuat emak terluka."

"Kenapa bicara seperti itu nak?"

"Tidak apa mak. Lia pergi yah?"

***

Sudah malam begini, Lia kemana? Kenapa tidak pulang seperti jam biasa nya yah?

Dengan kecemasan yang tulus. Emak berjalan gelisah dari ujung ruang kamar ke pintu gubuknya. Dan terus dilakukan berulang.

"Tok tok tok"
Suara ketukan ini sedikit mmbuat wajah mama menampilkan senyuman.

"Lia..."

"Maaf ibu, anda ibunya Lia?"
"Iya benar pak. Ada apa pak? Ada apa dengan Lia?"

Melihat seragam kepolisian yang dikenakan orang dihadapannya. Emak berfikir bahwa terjadi sesuatu pada Lia. Kini gurat kecemasan kembali mnghampirinya.

"Apa ibu menyimpan sebuah kalung dengan hiasan berlian dan batu sapphire?"

Dan tepat sekali. Kalung itu masih menempel indah di leher emak dengan begitu menantang.

"Maaf bu. Ibu harus mengembalikan kalung itu
Itu milih negara bu. Dan sekarang negara sedang mencarinya. Lia sekarang berada pada kami. Dan kami tahan karena kasus pencurian ini. Kami harap ibu bisa bekerja sama."

Emak yang mendengar semuanya. Terlemas kaku dan meronta-ronta menangis.
"Mengapa Lia melakukan semua ini. Mengapa?"

Sebuah pertanyaan yg tidak bisa dijawab oleh siapapun kecuali Lia.

Segera emak serahkan kalung itu dan meminta pada petugas untuk mempertemukan mereka.

"Lia..."
"Hah? Emak? Kenapa disini?"

Sentak saja emak langsung menampar anak yang begitu ia sayangi sambil menangis dan dengan gurat marah.

"Apa yang kamu lakukan nak? Apa maksud semua ini?"

"Maafkan Lia mak. Seumur hidup Lia. Lia belum pernah membahagiakan emak. Lia ingin melakukan itu. Walau hanya dalam hitungan jam."

"Bodoh kamu nak, bodoh kamu !. Emak bahagia bila bersamamu. Harta paling berharga adalah kamu. Sekarang apa yg kamu lakukan?"

"Maafkan Lia mak. Lia berhutang waktu mulai saat ini kepada emak."

Tiba-tiba pelukan hangat emak membuat ku terlemas dan menyesal.

"Hidup kita memang susah nak. Kita hanya manusia dengan keterbatasan materi. Tapi kita tetap kaya nak. Kita kaya karena kita bersama. Kita bahagia karena kita bersama. Dan sekarang kamu bukan beri kebahagiaan kepada emak. Tapi kamu telah merampas kebahagiaan itu nak. Ingat itu."

Kata-kata ini begitu menghujam ku. Dan kini aku hanya bisa tertunduk. Hanya airmata yang menghujani ku saat ini.

"Selamat ulang tahun Mak. Aku berhutang waktu padamu"
Kulapaskan pelan dengan nada yang berat sambil menatap kedua matanya yang basah."

>>Kebahagiaan bukan untuk dikejar. Namun disadari. Kebahagiaan bukan milik orang yang kaya atau bertahta. Tapi milik orang-orang yang bersyukur dan tulus. Kebahagiaan berada ditangan orang-orang yang menghargai setiap miliknya dan memiliki setiap nafas orang-orang yang mencintainya.
Semoga bermakna :)

Selamat ulang tahun Unsri :)

Sepucuk surat impian

"Sebuah hadiah kecil ini semoga mampu menambah sedikit kebahagiaan dalam hidup mu"

From Mr.Enjoy

Sepucuk surat yang diletakkan pada kantong boneka micky mouse setinggi separuh tubuhku selalu menjadi teman ngobrol hari-hari ku di kamar. Boneka yang berharga dari orang yang berharga sepanjang hidup ku.

Memiliki sesuatu hal yang tak pasti, namun hati ini sama sekali bukan musuh ku. Semua telah berlalu 7 tahun. Walau tidak ada 1 pun kenangan yang lepas dari pikiran ini. Bagi ku Dia bukan sekedar masa lalu yang berdebu dan hilang di makan waktu. Bukan juga sebuah kesalahan atau kenangan yang dapat ku buang. Namun Dia merupakan bagian terindah dalam hidup, punya tempat yang berbeda dan istimewa dibandingkan tempat istimewa lainnya. Tersusun rapi, indah dan terpajang cantik. Membuat ku terus terjaga dan menjaga.

Semua ini menggerakkan tangan ku untuk membuat sebuah kenyataan.

"Aku tidak tahu bagaimana kau sekarang. Apa kesibukanmu, apa kau masih mengingatku ataupun bagaimana kau menjaga dan hatimu. Bahkan siapa yang berada disampingmu dan menggenggam tanganmu dengan kukuh sekarang. Yang selalu aku tahu, aku masih berada ditempat yang sama dan diruangan yang sama dimana kau dapat menemukanmu dengan mudah. Aku masih berusaha menjaga semua untuk penantian yang mutlak. Hingga waktu yang menjawab itu kamu atau malah seseorang yang istimewa lainnya."

From Mrs.Galau

Ditempat yang sama, 5 november 2012

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS