"Eh! Kamu! Cewek kutilan!" Teriak Dodi pada Nanda adik tingkatnya di Sekolah Menengah Atas dua tahun silam. Yang juga tetangganya sejak Ia pindah dari kota Lahat ke Palembang.
"Buntelan jengkol! Bau apek! Mampus yah kalo gak ngehina orang sehari aja!" Jawab Nanda jengkel.
"Belagu. Emang kutilan juga. Nih! Kutil kan?" Dodi mendekatkan tubuhnya ke Nanda sambil menyentuh sebuah jendolan hitam di hidung Nanda.
"Kutil! Enak aja. Ini tahi lalat hei!" Teriak Nanda pada telinga Dodi.
Lalu berlari meninggalkan Dodi begitu saja.
Dasar cewek aneh. Udah jelas kutil. Masih aja sok cantik. Ngomong-ngomong, si Kutil kenapa makin cantik aja yah? Bertemu dengannya setiap hari. Berhasil menambah tingkat kejengkelanku padanya. Seiring dengan rasa cintaku padanya. Bodoh. Andai Nanda bukan sepupuku sendiri. Sudah kunyatakan rasa ini.
"Buntelan jengkol! Bau apek! Mampus yah kalo gak ngehina orang sehari aja!" Jawab Nanda jengkel.
"Belagu. Emang kutilan juga. Nih! Kutil kan?" Dodi mendekatkan tubuhnya ke Nanda sambil menyentuh sebuah jendolan hitam di hidung Nanda.
"Kutil! Enak aja. Ini tahi lalat hei!" Teriak Nanda pada telinga Dodi.
Lalu berlari meninggalkan Dodi begitu saja.
Dasar cewek aneh. Udah jelas kutil. Masih aja sok cantik. Ngomong-ngomong, si Kutil kenapa makin cantik aja yah? Bertemu dengannya setiap hari. Berhasil menambah tingkat kejengkelanku padanya. Seiring dengan rasa cintaku padanya. Bodoh. Andai Nanda bukan sepupuku sendiri. Sudah kunyatakan rasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar