Tirai air mata Ibu

Kamis, 24 Januari 2013

"Ibu mencintai ayah?" Tanya Tiwi saat melihat ibunya menatap foto kenangan Tiwi bersama ayahnya.
"Sangat sayang. Ibu merindukan ayahmu." Jawab ibu sambil meneteskan air mata.
Sesak menjemput hati dan pikiran Tiwi. Mengingat semua tentang mereka. Menikmati kenangan tawa dan kebahagiaan yang selalu ayah berikan. Walau kini luka bagi ibu. Dan juga untuk Tiwi. Tumbuh dengan hanya kasih ibu sebagai orang tua tunggal.
"Ibu bersabarlah. Ayah pasti kembali."
"Ibu merindukan ayahmu, Tiwi. Tapi ibu tak mengharapkannya kembali."
"Kenapa ibu seperti ini? Apa ibu tak bisa memaafkan ayah? Ayah mencintai kita. Aku yakin ayah hanya berkesulitan untuk kembali bu."
"Kamu begitu mencintai ayah. Ibu tahu itu. Namun, ada banyak hal yang harus kamu mengerti. Suatu saat, kamu akan memahaminya. Bersabarlah."
Ibu berdiri dan mendekati menuju kamar mandi. Membersihkan air mata yang tak dapat kering, terus menetes deras bersama sakit yang dideritanya.
Ayahmu tak akan kembali. Ayahmu bukan ayahmu lagi, Nak. Rasa rindu kita. Tak akan membawanya kembali. Dia telah bahagia bersama lelaki yang Ia cintai. Maafkan ibu.

1 komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS