Assalamu'alaikum.
Hai Sahabat. Waktu-waktu gini, emang paling asik buat bermesraan bareng Kamu yah? Menghabiskan waktu buat cerita sana-sini, walau Kamu udah pasti tau semua. Bahkan lebih tahu. Sebenarnya, aku tipikal orang yang suka banget curhat. Tapi, aku termasuk orang yang mudah banget kecewa kalo curhatanku malah jadi bahan guyonan, celaan atau sekedar berbagi ke manusia lain. Jadi, tetep aja semuanya kembali ke Kamu. Sang Pecinta dari segala cinta. Sang Pendengar terbaik tiada tandingan. Sahabat Curhat yang Paling Luar Biasa. Sang Rahman yang mengasihiku tanpa batas dan selalu dengan ketulusan. Kekasih yang tiada tandingannya. Mampu menemani tawaku, menyeka air mataku, dan memelukku hangat kala tubuhku jatuh karena lelah memikul hari yang semakin tebal akan dosa.
Airmata yang menetes untuk dunia, terasa begitu banyak keluar begitu saja. Berbanding jauh dengan air mata yang harus aku keluarkan atas kesetiaan-Mu. Rasa cinta pada manusia yang mengisi hari-hari dalam kehidupanku, terutama pada lelaki haram yang belum menjadi muhrimku, mudah saja kuizinkan mengalir ke permukaan. Yang membuatku sangat malu pada-Mu. Karena seringkali menandingi cintaku pada-Mu. Khilaf jelas alasan terlebihku kala melakukan sebuah kesalahan yang tak ingin kuakui. Mengatasnamakan ketidaksengajaan, kala selesai melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Menjadi pribadi munafik yang sesungguhnya terlihat begitu baik. Aku hanya manusia biasa yang terseret pada lumbung indahnya dunia. Menyeruakkan aku ke permukaan bahagia dunia. Sehingga, aku sering terlupa. Bahwa dunia, sebuah ajang pembuktian cinta-Mu padaku.
Aku wanita yang lemah dan begitu rapuh. Aku tertatih menyambut hari esok yang terus menyeretku pada kegemerlapan dunia. Aku terseok tak dapat berdiri menghadapi aku yang sudah begitu gelap dan tak layak memanggil-Mu Cinta. Hari begitu cepat berlalu, kala aku melupakan-Mu. Begitu cepat berlari, kala aku menyakiti saudaraku. Begitu habis memotong sisa umurku, kala aku menghabiskannya dengan memikirkan lelaki yang bukan muhrimku. Sesungguhnya, kata maaf begitu kikir aku ucapkan. Begitu sombongnya aku dengan gaun duniaku, yang mengesampingkan pakaian yang Engkau suka. Maha Suci Engkau yang Mencintai Keindahan. Engkau yang memujiku indah kala aku menjaga semua karena cintaku pada-Mu. Namun, kini aku melupakannya karena rasa sombongku dan keegoisanku. Sadar, seakan sebuah cambuk yang menjalar keras menghepas tubuhku. Membanjiriku dengan air mata kemunafikanku. Menenggelamkan aku pada air mata saudara-saudara yang terusku sakiti. Wahai Engkau Maha Pecinta, aku mencintai-Mu. Walau sesungguhnya tak pantasku mengucapkan itu. Aku hanya seonggok sampah yang berusaha membersihkan semua walau tak akan pernah bisa. Cinta-Mu sungguh indah tiada dua. Namun, maafkan aku yang sering menduakan bahkan lebih atas cinta-Mu.
Kala kumenatap kaca. Memperhatikan tiap celah pada tubuhku. Rasa malu mengguncangku. Ketidaksempurnaan saja mampu membuatku begitu angkuh pada-Mu. Membuatku begitu jauh dari-Mu. Membiarkan-Mu terus melihat kelakuan tak pantasku.
Maafkan aku. Maafkan aku atas segala kejahilan hidupku.
Aku yang sering mengatasnamakan-Mu demi janji dan tanggungjawabku. Aku yang sering mengibuli-Mu dengan segala tingkahku yang seakan demi-Mu. Aku yang berlagak pahlawan dan mengetahui kebenaran, padahal demi pencitraan dan terlihat begitu hebat dihadapan khalayak yang sama sekali tak mengenalku. Mengizinkan para saudaraku terus melupakan-Mu dan terus berlagak mencintai-Mu. Sesungguhnya aku manusia sangat kotor dibandingkan manusia kotor lain ya.
Ya Rabb, penguasa hati. Engkau menjamah hatiku kini. Hingga aku menulis surat cinta ini pada-Mu. Sebuah surat cinta dari manusia tak berguna yang masih Engkau terus percaya dan beri kesempatan. Terimakasih atas kepercayaan-Mu. Izin-Mu karena aku bisa kembali meneteskan airmata karena-Mu. Masih mampu menjalani waktu lebih baik dibanding lalu. Memberi posisi lengkap dihadapan dunia fana ini. Saat ini seakan begitu membasuh jiwaku. Menyegarkan pemikiranku. Dan menyejukkan hatiku. Sesungguhnya, kebaikan-Mu sebaik-baik kebaikan.
Engkau telah memberikan keluarga yang begitu berarti bagiku, walau seringkali kumengeluh karena ini. Memberi saudara-saudara peneman hariku, walau seringkali tengkar mengisi lebih banyak. Menghadirkan sosok sahabat dan teman yang menyokong hariku lebih indah. Walau seringkali hujat dan amarah membuat kami terlihat begitu bodoh. Sesungguhnya, nikmat-Mu yang mana lagi yang aku dustakan? Nikmat-Mu Luar Biasa, dan akulah manusia yang amat jarang bersyukur pada-Mu atas segala nikmat itu.
Semoga mata ini, tetap menatap pada hal-hal yang Engkau sukai. Semoga tangan dan kaki ini, selalu meraih dan melangkah hal-hal baik yang Engkau kasihi. Semoga telinga ini, mendengar sesuatu yang juga selalu ingin Engkau dengar. Semoga lidah dan setiap kata ini. Seringkali menyebut nama-Mu dibandingkan mencemooh saudara-saudaraku. Semoga diri ini, tetap terjaga dan menjaga amanat-Mu dan Semoga hati ini, tetap terjaga untuk-Mu.
Amin Ya Rabb.
Sesungguhnya, semua inginku curahkan pada-Mu dilain waktu. Asalkan, masih pantasku melakukan itu. Karena dosaku yang teramat menggunung pada hidupku.
#Sebenarnya hati ini cinta kepada-Mu
Sebenarnya diri ini rindu kepada-Mu
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa cinta masih tak hadir
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa rindu belum berbunga
Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langit-Mu
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu takkan ber bunga
Kucuba menghulurkan
Sebuah hadiah kepada-Mu
Tapi mungkin kerana isinya
Tidak sempurna tiada seri
Kucuba menyiramnya
Agar tumbuh dan berbunga
Tapi mungkin kerana airnya
Tidak sesegar telaga kauthar
Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langit-Mu
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu takakan berbunga
Jika tidak mengharap rahmat-Mu
Jika tidak menagih simpati
Pada-Mu ya Allah
Tuhan hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada-Mu
Moga kutahu
Syukurku hanyalah milik-Mu
(RAIHAN-SESUNGGUHNYA)
Hai Sahabat. Waktu-waktu gini, emang paling asik buat bermesraan bareng Kamu yah? Menghabiskan waktu buat cerita sana-sini, walau Kamu udah pasti tau semua. Bahkan lebih tahu. Sebenarnya, aku tipikal orang yang suka banget curhat. Tapi, aku termasuk orang yang mudah banget kecewa kalo curhatanku malah jadi bahan guyonan, celaan atau sekedar berbagi ke manusia lain. Jadi, tetep aja semuanya kembali ke Kamu. Sang Pecinta dari segala cinta. Sang Pendengar terbaik tiada tandingan. Sahabat Curhat yang Paling Luar Biasa. Sang Rahman yang mengasihiku tanpa batas dan selalu dengan ketulusan. Kekasih yang tiada tandingannya. Mampu menemani tawaku, menyeka air mataku, dan memelukku hangat kala tubuhku jatuh karena lelah memikul hari yang semakin tebal akan dosa.
Airmata yang menetes untuk dunia, terasa begitu banyak keluar begitu saja. Berbanding jauh dengan air mata yang harus aku keluarkan atas kesetiaan-Mu. Rasa cinta pada manusia yang mengisi hari-hari dalam kehidupanku, terutama pada lelaki haram yang belum menjadi muhrimku, mudah saja kuizinkan mengalir ke permukaan. Yang membuatku sangat malu pada-Mu. Karena seringkali menandingi cintaku pada-Mu. Khilaf jelas alasan terlebihku kala melakukan sebuah kesalahan yang tak ingin kuakui. Mengatasnamakan ketidaksengajaan, kala selesai melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Menjadi pribadi munafik yang sesungguhnya terlihat begitu baik. Aku hanya manusia biasa yang terseret pada lumbung indahnya dunia. Menyeruakkan aku ke permukaan bahagia dunia. Sehingga, aku sering terlupa. Bahwa dunia, sebuah ajang pembuktian cinta-Mu padaku.
Aku wanita yang lemah dan begitu rapuh. Aku tertatih menyambut hari esok yang terus menyeretku pada kegemerlapan dunia. Aku terseok tak dapat berdiri menghadapi aku yang sudah begitu gelap dan tak layak memanggil-Mu Cinta. Hari begitu cepat berlalu, kala aku melupakan-Mu. Begitu cepat berlari, kala aku menyakiti saudaraku. Begitu habis memotong sisa umurku, kala aku menghabiskannya dengan memikirkan lelaki yang bukan muhrimku. Sesungguhnya, kata maaf begitu kikir aku ucapkan. Begitu sombongnya aku dengan gaun duniaku, yang mengesampingkan pakaian yang Engkau suka. Maha Suci Engkau yang Mencintai Keindahan. Engkau yang memujiku indah kala aku menjaga semua karena cintaku pada-Mu. Namun, kini aku melupakannya karena rasa sombongku dan keegoisanku. Sadar, seakan sebuah cambuk yang menjalar keras menghepas tubuhku. Membanjiriku dengan air mata kemunafikanku. Menenggelamkan aku pada air mata saudara-saudara yang terusku sakiti. Wahai Engkau Maha Pecinta, aku mencintai-Mu. Walau sesungguhnya tak pantasku mengucapkan itu. Aku hanya seonggok sampah yang berusaha membersihkan semua walau tak akan pernah bisa. Cinta-Mu sungguh indah tiada dua. Namun, maafkan aku yang sering menduakan bahkan lebih atas cinta-Mu.
Kala kumenatap kaca. Memperhatikan tiap celah pada tubuhku. Rasa malu mengguncangku. Ketidaksempurnaan saja mampu membuatku begitu angkuh pada-Mu. Membuatku begitu jauh dari-Mu. Membiarkan-Mu terus melihat kelakuan tak pantasku.
Maafkan aku. Maafkan aku atas segala kejahilan hidupku.
Aku yang sering mengatasnamakan-Mu demi janji dan tanggungjawabku. Aku yang sering mengibuli-Mu dengan segala tingkahku yang seakan demi-Mu. Aku yang berlagak pahlawan dan mengetahui kebenaran, padahal demi pencitraan dan terlihat begitu hebat dihadapan khalayak yang sama sekali tak mengenalku. Mengizinkan para saudaraku terus melupakan-Mu dan terus berlagak mencintai-Mu. Sesungguhnya aku manusia sangat kotor dibandingkan manusia kotor lain ya.
Ya Rabb, penguasa hati. Engkau menjamah hatiku kini. Hingga aku menulis surat cinta ini pada-Mu. Sebuah surat cinta dari manusia tak berguna yang masih Engkau terus percaya dan beri kesempatan. Terimakasih atas kepercayaan-Mu. Izin-Mu karena aku bisa kembali meneteskan airmata karena-Mu. Masih mampu menjalani waktu lebih baik dibanding lalu. Memberi posisi lengkap dihadapan dunia fana ini. Saat ini seakan begitu membasuh jiwaku. Menyegarkan pemikiranku. Dan menyejukkan hatiku. Sesungguhnya, kebaikan-Mu sebaik-baik kebaikan.
Engkau telah memberikan keluarga yang begitu berarti bagiku, walau seringkali kumengeluh karena ini. Memberi saudara-saudara peneman hariku, walau seringkali tengkar mengisi lebih banyak. Menghadirkan sosok sahabat dan teman yang menyokong hariku lebih indah. Walau seringkali hujat dan amarah membuat kami terlihat begitu bodoh. Sesungguhnya, nikmat-Mu yang mana lagi yang aku dustakan? Nikmat-Mu Luar Biasa, dan akulah manusia yang amat jarang bersyukur pada-Mu atas segala nikmat itu.
Semoga mata ini, tetap menatap pada hal-hal yang Engkau sukai. Semoga tangan dan kaki ini, selalu meraih dan melangkah hal-hal baik yang Engkau kasihi. Semoga telinga ini, mendengar sesuatu yang juga selalu ingin Engkau dengar. Semoga lidah dan setiap kata ini. Seringkali menyebut nama-Mu dibandingkan mencemooh saudara-saudaraku. Semoga diri ini, tetap terjaga dan menjaga amanat-Mu dan Semoga hati ini, tetap terjaga untuk-Mu.
Amin Ya Rabb.
Sesungguhnya, semua inginku curahkan pada-Mu dilain waktu. Asalkan, masih pantasku melakukan itu. Karena dosaku yang teramat menggunung pada hidupku.
#Sebenarnya hati ini cinta kepada-Mu
Sebenarnya diri ini rindu kepada-Mu
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa cinta masih tak hadir
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa rindu belum berbunga
Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langit-Mu
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu takkan ber bunga
Kucuba menghulurkan
Sebuah hadiah kepada-Mu
Tapi mungkin kerana isinya
Tidak sempurna tiada seri
Kucuba menyiramnya
Agar tumbuh dan berbunga
Tapi mungkin kerana airnya
Tidak sesegar telaga kauthar
Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langit-Mu
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu takakan berbunga
Jika tidak mengharap rahmat-Mu
Jika tidak menagih simpati
Pada-Mu ya Allah
Tuhan hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada-Mu
Moga kutahu
Syukurku hanyalah milik-Mu
(RAIHAN-SESUNGGUHNYA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar